Potensi dan Kendala dalam Pengembangan Wilayah Kota Bekasi sebagai Daerah Penyangga Ibukota
Oleh:
Adnin Musadri Asbi / 101201028
Student, at Faculty of Forestry, Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bekasi memiliki sejarah yang panjang. Tumbuh dan berkembang seiring dengan hadirnya kali alam nan tua yang membentang dari selatan ke utara: Kali Bekasi. Ahli filology Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka berkeyakinan, kata Bekasi berasal dari kata Candrabhaga, salah satu kata yang tertera dalam prasasti Tugu. Prasasti Tugu pertama kali ditemukan secara ilmiah pada 1878 di kampung Tugu, Cilincing, Bekasi (sejak 1970-an Cilincing masuk ke dalam wilayah DKI Jakarta). Tahun 1911 prasasti Tugu dipindahkan ke Museum Nasional, dan wujudnya bisa disaksikan sampai saat ini.
Pada awalnya prasasti Tugu dijadikan tontonan dan bahkan dikeramatkan warga yang percaya takhayul. Namun sejak dibaca dan diterjemahkan oleh peneliti Belanda, Prof. H. Kern, batu monolit besar berbentuk seperti telur tersebut dipastikan sebagai prasasti yang dibuat pada masa kerajaan Tarumanagara.
Para ahli arkeologi menyatakan, prasasti Tugu dibuat pada abad ke-5 Masehi oleh seorang raja Tarumanagara, bernama Purnawarman. Poerbatjaraka menguraikan kata Candrabhaga menjadi dua kata, yakni "Candra" dan "Bhaga". Kata "Candra" dalam bahasa Sanskerta adalah sama dengan kata "Sasi" dalam bahasa Jawa Kuno.
Akhirnya nama Candrabhaga diidentikkan dengan kata "Sasibhaga," yang diterjemahkan secara terbalik menjadi "Bhagasasi", dan lama kelamaan mengalami perubahan penulisan dan sebutan. Beberapa arsip abad ke-19 sampai awal abad ke-20, menerakan kata Bekasi dengan "Backassie", "Backasie", "Bakassie", "Bekassie", "Bekassi", dan terakhir "Bekasi".
Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106º55’ bujur timur dan 6º7’ - 6º15’ lintang selatan, dengan ketinggian 19 m diatas permukaan laut. Letak Kota Bekasi sangat strategis, dimana wilayahnya merupakan perbatasan antara dua provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi memberikan kemudahan akses menuju Jakarta telah menjadikan Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Hanya ada satu stasiun hujan yang masih berfungsi untuk wilayah Kota Bekasi, yaitu stasiun hujan 78E Bekasi. Sepanjang tahun 2005 keadaan iklim di Kota Bekasi cenderung panas, jumlah curah hujan yang cukup tinggi hanya terjadi pada bulan Februari dan Maret yaitu masing-masing tercatat 294 mm dan 391 mm dengan jumlah hari hujan 14 dan 15 hari. Sedangkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 36 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak empat.
II. POTENSI KOTA BEKASI
Kota Bekasi sebagai penyangga ibukota DKI Jakarta berada dalam konstelasi wilayah potensial di Indonesia antara lain; Kabupaten Bekasi, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten Bogor dan DKI Jakarta. Mempunyai potensi dan permasalahan yang cukup kompleks di dalam pengembangan sebuah kota.
Potensi Kota Bekasi
a. Kependudukan : jumlah penduduk relatif besar
b. Potensi pengembangan ekonomi:
- Perdagangan hotel dan restaurant
- Industri pengolahan
c. Kedudukan dan peranan Kota Bekasi dalam lingkup eksternal sebagai Kawasan Pengimbang
d. Potensi fisik tata ruang
- Budidaya pemukiman perkotaan
- Kawasan pengembang berbagai kegiatan perkantoran
Berikut akan dipaparkan beberapa segmen yang dianggap berpotensi dalam pengembangan wilayah kota bekasi sebagai kota penyangga DKI Jakarta :
Industri, Listrik, dan Air Minum
Sektor Industri masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan daerah Kota Bekasi. Pada tahun 2005 jumlah perusahaan Industri Besar dan Sedang yang masih berproduksi berjumlah 215. Secara keseluruhan jumlah pekerja di sektor Industri Besar dan Sedang berjumlah 53.096 orang pada tahun 2005, dengan jumlah tenaga kerja di sub sektor Industri makanan dan minuman menempati jumlah pekerja tertinggi yaitu sebanyak 8.847 pekerja.
Listrik dan air minum sudah merupakan komoditi pokok yang dibutuhkan baik oleh rumah tangga maupun badan usaha terutama di daerah perkotaan. Jumlah pelanggan listrik cenderung mengalami peningkatan selama periode tahun 2003-2004 yaitu dari 517.837 pelanggan menjadi 549.122 pelanggan. Pada unit rumah tangga jumlah pelanggan listrik mengalami peningkatan dari 491.443 menjadi 521.729 pelanggan (6,16%). Daya terpasang mengalami peningkatan cukup dari 1.273.676 KVA di tahun 2003 menjadi 1.362.394 KVA di tahun 2004 naik 6,97 %. Untuk pelanggan air minum dari PDAM meningkat dibanding tahun sebelumnya dari 70.808 pelanggan di tahun 2003 menjadi 73.648 pelanggan di tahun 2004. Hal ini signifikan dengan cakupan pelayanan airnya, jumlah saluran dan instalasi penyaluran air, ke tiga komponen tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
Perdagangan dan Perumahan
Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Bekasi mengalami peningkatan dimana pada tahun 2004 naik 18,96% dibanding tahun sebelumnya dan pada tahun 2005 naik 22,88%. kenaikan ini dapat diindikasikan antara lain : banyak usaha yang membuka usaha perdagangan.
Perumahan merupakan kebutuhan primer selain sandang dan pangan bagi seluruh masyarakat. Permintaan unit rumah yang akan dibangun terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Ini dapat terlihat dari jumlah Ijin Membangun Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Bangunan untuk rumah tempat tinggal mengalami kenaikan dari 8.838 IMB di 2004 menjadi 10.269 IMB di 2005.
Produk Domestik
Kota Bekasi yang dibentuk Tahun 1997 sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bekasi, dimana masing-masing wilayah tersebut dalam perkembangannya mempunyai potensi perekonomian yang berbeda walau pun sampai dengan Tahun 1997 keduanya sama-sama berpotensi pada sektor Industri. Dalam perkembangannya, dimasa mendatang Kota Bekasi akan beralih dari potensial di sektor Industri ke sektor Perdagangan dan Jasa.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat perkembangan perekonomian suatu daerah adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, dimana Tahun dasar yang dipakai adalah Tahun 1993. Nilai-nilai PDRB biasanya disajikan menurut deret waktu dari tahun ketahun, sehingga dapat dilihat setiap sektor apakah perkembangannya menunjukkan trend yang meningkat atau sebaliknya.
Pegadaian dan Koperasi
Pegadaian dan Koperasi turut menyemarakkan perekonomian di Kota Bekasi. Sepanjang Tahun 2005, kredit yang dikeluarkan berupa uang pinjaman sebesar 64,952 milyar rupiah. Jumlah koperasi dan jumlah tenaga kerjanya meningkat, dari 506 buah koperasi di Tahun 2004 menjadi 513 buah di tahun 2005. Koperasi Non KSU ini terdiri dari lembaga kedinasan, kegiatan komoditi, koperasi lainnya dan koperasi sekunder seluruhnya berjumlah 513 buah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1.129 orang.
Pertanian
Sebagai wilayah perkotaan, peranan sektor Pertanian di Kota Bekasi relatif kecil karena tergeser oleh sektor Perdagangan dan Jasa. Berkurangnya peranan sektor pertanian tercermin dari penggunaan lahan untuk sawah yang semakin mengecil. Pada tahun 2005 luas lahan sawah di Kota Bekasi hanya 667 ha atau 3,17% dari seluruh luas wilayah Kota Bekasi (21.049 ha). Dilihat dari sistim pengairan yang digunakan, sebagian sawah di Kota Bekasi masih merupakan sawah tadah hujan (411 ha) dan sebagian besar terletak di Kecamatan Bantar Gebang. Sementara lahan sawah yang sudah menggunakan sistim pengairan irigasi teknis dan irigasi setengah teknis hanya seluas 190 ha dan 36 ha. Jika luas lahan sawah hanya sebesar 3,17% berarti 96,83% dari luas wilayah Kota Bekasi adalah tanah kering, yaitu 20.382 ha. Penggunaan tanah kering ini sebagian besar untuk bangunan perumahan, kantor dan industri. Luasnya lahan yang digunakan untuk bangunan ini nampaknya ada kaitannya dengan peranan Kota Bekasi sebagai daerah penyeimbang DKI Jakarta.
III. ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
Dalam pengembangan wilayah, ada beberapa teori yang digunakan untuk menentukan apakah suatu daerah atau wilayah tersebut dapat dikatakan berkembang. Teori yang umum digunakan adalah teori Pertumbuhan ekonomi wilayah. Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi. Namun agar dapat melihat pertambahan dari suatu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riel, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan bals jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroprasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.
Bila analisis pengembangan wilayah Kota Bekasi dilihat dari teori pertumbuhan ekonomi, maka Kota Bekasi terus mengalami peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Karena setiap tahunnya lapangan pekerjaan terus bertambah dan industri-industri kecil dan menengah juga terus berkembang di Kota Bekasi.
Dalam analisis wilayah, yang sering digunakan adalah Location Quotien (LQ). Analisis ini digunakan untuk mengetahui dan menentukan sektor ekonomi yang merupakan sektor basis dan non basis. Sektor basis merupakan sektor dengan kegiatan ekonomi yang hasil produksinya dapat untuk melayani pasar baik di dalam maupun di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya mampu menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sektor ini tidak mampu memasukkan barang dan jasanya keluar batas perekonomian sehingga luas lingkup produksi dan daerah pasarnya terutama bersifat lokal.
Apabila hasil perhitungan pemasukan suatu wilayah menunjukkan angka lebih besar dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Sebaliknya, apabila hasil perhitungan menunjukan angka lebih kecil dari satu (LQ < 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor non basis. Dan sektor seperti industri, perumahan dan usaha potensial lainnya yang terdapat di Kota Bekasi kemungkinan besar berada angka lebih besar dari satu (LQ > 1).
IV. KENDALA DAN TANTANGAN
Dalam pengembangan suatu wilayah, tentunya terdapat kendala dan tantangan dalam proses pengembangannya. Kendala yang dihadapai oleh Kota Bekasi dalam pengembangan wilayahnya antara lain adalah penyediaan sarana perkantoran tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara tingkat kebutuhan dan pelayanan kepada masyarakat; penataan unit kerja belum terpenuhi merata, pelayanan kesehatan belum merata dan daya tampung siswa pendaftar lebih besar dari pada kapasitas daya tampung; dominasi komuter (perjalanan pulang pergi) yang berorientasi ke pusat kota / kearah Jakarta, menimbulkan hambatan lalu lintas pada pada jam-jam kerja/jam sibuk; pesatnya pertumbuhan penduduk, belum diimbangi penataan kawasan permukiman yang sesuai dengan RT/RW, sehingga berkembang menjadi kumuh. Beberapa hal tersebut secara mutlak dapat mengganggu laju pertumbuhan internal di kota Bekasi. Untuk menanggulangi masalah tersebut, diperlukan manejemen yang baik dalam pengelolaan kota.
Kota Bekasi Masa Mendatang
Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan Kota Metropolitan DKI Jakarta, pada saat ini maupun kedepan akan semakin mempunyai posisi yang sangat strategis dalam mendukung berbagai pelayanan dan pengembangan ibukota. Sehingga Kota Bekasi akan semakin strategis sebagai Kota Pengimbang (Trickling Down Effect) untuk mengurangi tekanan penduduk beserta aktifitasnya dari DKI Jakarta, dengan kondisi ini diasumsikan penduduk Kota Bekasi pada tahun 2015 diproyeksikan mencapai 2.250.000 jiwa. Kemudian dengan diarahkannya Kota Bekasi untuk pengembangan jasa, perdagangan, industri dan pemukiman, maka Kota Bekasi merupakan bagian dari pengembangan kawasan terbangun atau perkotaan dengan koridor Timur-Barat (poros Bekasi – Jakarta – Tangerang)
Dalam pengembangannya Kota Bekasi dibagi dalam 2 (dua) wilayah prioritas pengembangan, yaitu :
- Wilayah pengembangan Utara : eks Kotif Bekasi (kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Bekasi Barat) Pengembangannya dibatasi hanya untuk melengkapi sarana dan prasarana yang ada dan tidak ada pengembangan wilayah baru.
- Wilayah Pengembangan Selatan : 4 (empat) wilayah kecamatan, yaitu : Bantar Gebang, Pondok Gede, Jatiasih, Jatisampurna, dengan sifat pengembangan terbuka.
Beberapa upaya yang akan dilakukan Pemerintahan Kota Bekasi ke depan antara lain :
- Sistem transportasi : pengembangan jalan tol, penyempurnaan on/off ramp gerbang tol, pengembangan double track kereta api, pengembangan jalan arteri baru, pembangunan dan pengembangan jalan lokal (arteri sekunder), serta pembangunan dan perbaikan terminal dan angkutan umum.
- Rencana pengembangan sarana dan prasarana dasar kota, yang meliputi air bersih, drainase, persampahan dan air limbah, listrik dan telpon serta gas.
- Penataan ruang kota, antara lain : penataan lapangan persipasi, penataan Bekas terminal, pembangunan Water Front City (kota kawasan nuansa air), penataan sarana kesehatan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kota Bekasi, dengan letaknya yang strategis tentunya mampu terus berkembang dan memiliki nilai tambah yang sangat besar dengan pembangunan yang diarahkan merata kepada setiap sektor dan wilayahnya. Sektor-sektor potensial yang terdapat di Kota Bekasi adalah sektor industri dan perumahan yang terus berkembang dan memberikan pemasukan yang cukup besar. Kota Bekasi yang kini sedang berada pada tahap pembangunan dan pertumbuhan menuju Kota Metropolitan tentunya juga memfokuskan sektor properti untuk terus tumbuh dan berkembang. Dengan berkembangnya sektor properti maka dampak dari pembangunan akan dapat terlihat jelas.
Namun, tetap saja terdapat beberapa hal lain yang perlu perhatian khusus. Pengembangan sarana dan prasarana publik harus diperbaiki secara merata dan sebaik mungkin. Kebersihan dan sampah masih menjadi masalah yang pelik untuk diselesaikan, dan dampak lingkungan akibat pembangunan yang tidak berimbang serta pro lingkungan juga menjadi permasalahan di kota ini. Sektor industri kecil dan menengah seharusnya juga menjadi fokus utama dalam pembangunan suatu wlayah. Karena dengan semakin berkembangnya sektor ini maka akan semakin banyak lapangan pekerjaan dan mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru lainnya. Dan tentu saja, yang seharusya menjadi target utama dalam pembangunan dan pengembangan suatu wilayah adalah kesejahteraan masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar