Selasa, 28 Juni 2011

Mengapa Hutan Indonesia?

Tentu kita semua mengetahui desas desus perihal Carbon Trade. Ya, secara awam dapat dijelaskan seperti ini "Negara maju membayar keberadaan hutan kita untuk menyerap emisi karbon yang dihasilkan industri dunia". Secara awam pula rakyat kita senang dan gembira menanggapi hal ini. Ada yang gembira karena Indonesia mendapat pemasukan uang, ada pula yang gembira karena pembukaan lahan hutan semakin dibatasi. Namun, sadarkah kita dibalik itu semua, secara tidak langsung kita sedang dibodohi? Kita diharapkan bak seorang pahlawan yang jika tanpa keberadaan kita semua orang akan mati. Padahal dalam kenyataan toh tidak seperti itu.

Kita semua tentu mengenal Amerika Serikat, negara adidaya yang dihormati karena dominasinya. Negara tersebut adalah salah satu negara yang paling aktif membicarakan Carbon Trade kepada Indonesia. Pertanyaannya, Mengapa harus Indonesia? Padahal AS juga memiliki hutan yang memadai, serta memiliki institusi pendidikan di bidang kehutanan yang jauh lebih baik ketimbang Indonesia. Alasan yang bisa diterima adalah bahwa hutan mereka "tidak cukup" menutupi emisi karbon. Selain itu, ternyata ada alasan lain yang sangat egois, yaitu bahwa mereka tidak mau mengurangi kegiatan industri mereka. Sangat ironis memang, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tingkat emisi dan pencemaran di dunia tidak akan habis dan akan terus bertambah. 

Belum lagi masalah internal di Indonesia terkait kepengurusan hutan. Tiap tahun lahan hutan semakin berkurang. Pak Presiden dengan santai mengkampanyekan kegiatan "1 Man 1 Tree". Memangnya menanam pohon segampang itu apa? Apakah semua jenis pohon bisa dibiarkan hidup dimana saja tanpa perlakuan khusus? Jika kita dikasih bibit saja merawatnya sulit, apalagi mesti menanam dari awal. Belum lagi proses pertumbuhannya yang memakan waktu minimal 6-7 tahun* (*untuk pohon fast growing). Dari hal tersebut terlihat pemerintah masih asal-asalan membenahi masalah internal negaranya sendiri.

Teman-teman yang pernah berkunjung ke luar negeri setidaknya Malaysia atau Singapura pasti akan sangat malu melihat kondisi di negara kita. Di Jakarta misalnya, sebagian besar tumbuhannya kering, dan mengalami berbagai gejala defisiensi* (*bisa dilhat dari karakter daun). Nyaris tidak ada udara segar di Jakarta.



Introduction

Salam sukses untuk kita semua. Hari ini adalah hari pertama saya berkenalan dengan dunia blogging. Yup, mungkin agak ketinggalan jaman, tapi percayalah, lebih baik telat dari pada tidak pernah mencoba sama sekali, hehehe. Salah satu efek positif dari dunia blogging adalah tersampaikannya informasi yang kita ketahui tetapi tidak diketahui orang banyak, dan kemudian menyalur ke khalayak luas hingga menimbulkan berbagai aspirasi baru. Harapan saya dengan terciptanya blog perdana saya ini, banyak orang yang dapat memetik informasi baik yang sifatnya tersirat maupun tersurat dan dapat mencernanya dengan logika positif.

Saya sangat senang jika beberapa dari anda bersedia mengomentari, mengkritik, dan mungkin juga memberi saran terhadap tulisan-tulisan saya, yang mungkin tidak semuanya murni hasil karya saya (karena informasi yang saya berikan bersifat free-share/terbuka untuk dipublikasikan kembali). Dan untuk kedepannya, saya harap posting di blog ini akan selalu berkelanjutan, mengingat masalah yang tersedia untuk dibahas di negara kita, Indonesia, itu cukup melimpah dan tidak ada habisnya.

Sebelumnya saya ingin mengklarifikasi jika nanti kedepannya tulisan-tulisan saya agak cenderung membahas tentang alam, lingkungan, atau kehutanan. Karena memang latar belakang saya adalah sebagai mahasiswa kehutanan. Tapi, terlepas dari itu semua, saya akan berusaha memposting tulisan yang menarik untuk dibaca dan diketahui secara objektif.


oke, untuk Introduction saya rasa cukup. Terima kasih, dan diharapkan kerjasamanya.


Adnin Musadri Asbi
Forestry Science 
Unuversitas Sumatera Utara